Lalu kubilang, dari dulu aku suka
sekali dengan kisah Maryam alias the Virgin Mary, ibundanya Yesus. Ternyata
baru beberapa hari ini kusadari kalau angka 19 di Al-Qur'an adalah nomor untuk
surat Maryam, alias Mary. Dialah satu-satu perempuan yang namanya terukir indah
dalam Al-Qur’an dan satu-satunya perempuan yang kisahnya dikisahkan dengan
jelas di Al-Qur’an yang kisah-kisah didalamnya didominasi oleh kisah-kisah para
lelaki. Surat ini kuanggap istimewa karena disamping menantang nalar alias
banyak kisah-kisah yang tidak sejalan dengan logika linier juga karena didalam
surat ini pula doa favoritku berada, yaitu doa yang sama diucapkan oleh Tuhan
dan Yesus atau Nabi Isa. Dengan redaksi doa yang sama Tuhan berdoa untuk Yahya
dan Yesus berdoa untuk dirinya sendiri. Karena isinya sama namun berbeda subjek
maka lagi-lagi ini pun menantang nalar. Doa ini yang biasanya kuucapkan menjelang
tidur dan kalau mendengar ada orang baru saja meninggal. Isinya, “Kesejahteraan
semoga dilimpahkan kepadaku, dihari kelahiranku, dihari wafatku dan di hari
ketika aku dibangkitkan hidup kembali”, ini doa Yesus untuk dirinya sendiri
(Quran, 19: 33). Sedangkan Tuhan bedo’a untuk Yahya, “Kesejahteraan bagi dirinya
dihari kelahirannya, dihari wafatnya, dan dihari ketika ia dibangkitkan hidup
kembali (Quran, 19: 15).”
Temanku ini pun dengan antusias
berkomentar pendek, “Oh, ya?!”. Tulisan
ini untuk menyambung diskusiku dengannya yang terputus karena dia harus mencari
tiket pulang kampung untuk menjemput istrinya J
Lukisan Siti Maryam (the Virgin Mary) berdasarkan vision Frithjof Schuon |
Sebelumnya aku sudah pernah menulis sekilas tentang Maria dan Bayi Yesus di buku Finding Rumi, namun terlupakan dan baru teringat kemblai ketika berbincang tentang Maria dengan teman Protestan itu. Secara kebetulan dihari ulang tahunku, salah satu koran yang jadi langganan kantor memuat foto esay tentang situs-situs Maria di dunia. Disitu disebut bahwa bagi umat Katolik bulan Mei dan Oktober adalah bulannya Maria (the month of Mary) yaitu bulan yang khusus didedikasikan untuk Maria. Wow! Jadi angka 19 dan bulan Oktober sama-sama terkait Maria. Amazing fact untuk diutak atik gathuk, bukan?!. (Barangkali ini efek tinggal di Jawa, jadi ketularan kreatif untuk memberi makna).
Mengapa Oktober jadi bulan Bunda
Maria? Sejarahnya terkait dengan penyerangan pasukan Ottoman atau Turki Usmani
ke negara-negara Eropa yang mayoritas adalah Kristen pada tahun 1571. Melihat
pasukan Muslim Turki lebih banyak dibanding pasukan Kristen maka muncul
kekuatiran agama Kristen akan punah di negeri Eropa sehingga komandan Armada
Katolik dari Austria (John/Don Juan) berdoa Rosario memohon bantuan Bunda
Maria. Jemaat Katolik diseluruh Eropa pun serentak berdoa Rosario agar mendapat
pertolongan disituasi yang sangat genting ini. Pada 7 Oktober seluruh umat
Katolik di Roma tidak berhenti berdoa Rosario dari pagi hingga petang hingga akhirnya pasukan Katolik memperoleh
kemenangan. Maka sejak saat itu 7 Oktober ditetapkan sebagai hari Raya Rosario
Suci bagi umat Katolik, dan bulan Oktober dikhususkan sebagai bulan devosi bagi
Bunda Maria yang telah menjaga Gereja hingga akhir jaman. Begitu menurut
pemeluk Katolik.
Bayangkan, tidak hanya pertempuran fisik yang terjadi kala itu, tetapi juga pertempuran spiritual, pertempuran doa. Pasukan Turki pun pasti juga berdoa tidak kalah kencang memohon kemenangan dipertempuran ini, apalagi demi misi menegakkan kebenaran Islam di Eropa. Jika kita yakin bahwa penguasa alam semesta adalah tunggal maka doa mana yang akan dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Tunggal? Apa kriteria yang Dia pakai untuk mengabulkan doa dari kedua kubu ini, yang sama-sama merasa memegang kebenaran Tuhan?
Beberapa waktu lalu aku menghadiahi seorang teman dekat yang beragama Katolik, yang hari lahirnya bertepatan dengan Maria berduka cita, yang diperingati setiap 15 September. Dari dialah aku tahu bahwa di Tradisi Katolik ada hari Maria berduka cita untuk mengenang tujuh duka yang dialami Maria sepanjang hidupnya. Hadiahku itu berupa foto berisi kutipan puisi seorang Sufi besar yang dikubur di kota cinta, Konya, Turki, yaitu Jalaluddin Rumi. Kutipan puisi dalam hadiah itu terkait dengan pembicaraan kami sebelumnya mengenai penderitaan. Ia bicara dari perspektif Buddha yang mengajarkan bahwa, penderitaan disebabkan oleh sifat keakuan manusia. Jika keakuan ini telah dilampaui maka kita akan terbebas dari duka atau penderitaan. Aku bicara dari perspektif Rumi yang kata-katanya kulekatkan difoto itu. Kutipan yang kuambil dari kitab Fihi Ma Fihi-nya Jalaluddin Rumi itu berkata:
"Tubuh adalah Maria,
masing-masing kita mempunyai Yesus didalamnya. Jika kepedihan/penderitaan datang
maka Yesus akan lahir. Tetapi jika tidak maka ia akan pulang membawa rahasianya
sebagai mana rahasia kedatangannya. Oleh karenaya kita akan kehilangan
hikmah-hikmahnya".
Puisi ini adalah kiasan Rumi yang
menjelaskan bahwasanya semua penderitaan hidup adalah jalan menuju kesejatian,
atau jalan menuju Cinta. Artinya orang yang kaya penderitaan hidup akan lebih memahami
sejatinya hidup. Tentu saja jika ia pandai memaknai penderitaannya. Rumi
menyebut penderitaan sebagai jalan bagi lahirnya Yesus, yang memang identik dengan cinta/kasih. Baginya Yesus
tidak akan lahir kalau Maria tidak menderita. Sebagaimana Qur’an tidak akan
lahir kalau Muhammad tidak mengalami penderitaan hebat dalam hidupnya. Jadi dua-duanya,
Yesus dan Qur’an adalah buah dari penderitaan. (Kalau tidak percaya bacalah kisah hidup keduanya dan bandingkan dengan deritamu, mana yang lebih dahsyat.)
Qur’an dan Yesus adalah sama-sama
firman Tuhan yang lahir dari tubuh yang berbeda, Maria dan Muhammad. Lihatlah, betapa amazing-nya skenario Tuhan.
Ketika firman itu melalui perempuan, ia berupa manusia yaitu Yesus atau Isa.
Namun ketika melalui laki-laki, firman itu berupa Al-Qur’an. Maria dan Muhammad
adalah wadah yang sempurna bagi manifestasi firman Tuhan ke dunia.
Jadi, menurut sang Guru Rumi, pada
hakikatnya penderitaan-penderitaan hidup yang dialami oleh manusia berfungsi
sebagai jalan untuk lahirnya Yesus (cinta/kasih). Yesus disini adalah esensi sejati
yang ada di dalam setiap manusia. Dalam perspektif
Sufi esensi ini sebenarnya adalah esensi Tuhan sendiri yang Ia tiupkan pada Adam. Jadi, penderitaan
berfungsi untuk menyadarkan kita tentang hakikat sejati manusia. Karena ketika mengalami kepedihanlah mansuia beralih kepada dirinya sendiri, yang sebenarnya pada dirinya yang paling dalam tersimpan misteri Tuhan, yang oleh para Sufi disebut mutiara terpendam atau harta karun.
Maka tugas kita semua adalah untuk melahirkan Yesus kita ke dunia. Dalam kapasitas kita Ia bisa berupa kata-kata, warna, suara, bentuk, tarian, organisasi, gerakan, dll. Jika yang kita lahirkan benar-benar Yesus maka pastilah tidak mengandung kebencian dan prasangka buruk, karena apapun yang lahir dari kemurnian hanya mengandung CINTA, yang turunannya adalah sifat kreatif dan mampu membangkitkan jiwa-jiwa yang gersang. So, dalam rupa apakah Yesusku dan Yesusmu akan lahir?
Maka tugas kita semua adalah untuk melahirkan Yesus kita ke dunia. Dalam kapasitas kita Ia bisa berupa kata-kata, warna, suara, bentuk, tarian, organisasi, gerakan, dll. Jika yang kita lahirkan benar-benar Yesus maka pastilah tidak mengandung kebencian dan prasangka buruk, karena apapun yang lahir dari kemurnian hanya mengandung CINTA, yang turunannya adalah sifat kreatif dan mampu membangkitkan jiwa-jiwa yang gersang. So, dalam rupa apakah Yesusku dan Yesusmu akan lahir?
-Surga Kecil, Yogyakarta, 19
Oktober 2012/. 12.00 WIB.
No comments:
Post a Comment